Sabtu, 30 April 2011

Lagu Gila

Ngakak banget gue waktu pertama denger tuh lagu dinyanyiin kaka kelas gue, liriknya gokil banget (alias gak sopan kata - katanya). Bahasa yang dipake lagu ini emang bahasa jawa banget, java island punya. *perhatian dialog dan kata - kata di bawah ini hanya boleh didengar anak +17th, karena mangandung unsur - unsur yang dewasa*

"Arumbia - wong gatel"

tuku emping neng madiun
tuku tahu di kubu sempur
penyanyi jeting rasane gethuk
bar oleh lengu ngenteno 'kasur'
arumbiaa arumbiaa bikin hati jadi gembiraaaaa
temanggung udane deres
duwur diambung sing'ngisore' teles
tuku ciu sabotolee..
bapak turu kethok 'ko****e'
tuku ciu sabotole
bapak turu kethok? 'botole'
gentong gedhe akeh lumute
bokong gedhe akeh 'jem****'
nasi uduk ikannya tongkol
matanya ngantuk jekelan 'ko***'
e'pring gading boyolali
nek sing nyuling kedawan 'pe**'
dst..

dengerin aja sendiri, nih download disini
pokoknya gue jamin lo semua bakalan ngakak denger ini lagu, gue aja sampe enggak percaya kalau tuh lagu bakalan ngetren disekolah gue.

Jumat, 29 April 2011

Cerpen Yang Terpaksa

Beberapa waktu yang lalu gue disuruh nulis cerpen sama guru gue, biasalah anak jaman sekarang tugase aneh - aneh. nah kebetulan gue baru aja kepikiran masalah cinta (maaf lagi - lagi cinta) nah dari ide itu gue nulis sebuah cerpen, setelah melalui rintangan yang begitu banyak mulai dari badai, angin topan, gempa bumi, sampai omelan nenek - nenek tua cerpen gue ahirnya selesai dibuat

Cinta Tak Adil Bagi Tias

Sasi mengendap – endap menuju kamar Tias, ketika dia melihat Tias saudara kandungnya itu sedang menatap cermin di meja riasnya. Niat jahilnya mendadak hilang saat melihat wajah murung Tias di cermin. Tumben, biasanya selalu senang, semangat dan ceria. Tapi sekarang, kok loyo..batin Sasi.
“Kamu lagi enggak enak badan Ias?” Tanya Sasi hati – hati
“enggak! Kata siapa?” jawab Tias dengan ketusnya tanpa menghilangkan wajah murungnya.
Sasi terdiam, dirinya jadi tak sampai hati untuk mejaili adiknya ini. Malah dirinya menyadari bahwa saat inilah dirinya dibutuhkan sebagai sosok sang kaka.
“ias, kalau kamu lagi ada masalah cerita ke kaka aja ya? Siapa tau kaka bisa bantu” ujar Sasi pada Tias sembari meninggalkan Tias sendirian dikamar.
Malam harinya
Tias menghampiri Sasi yang sedari tadi asyik sendiri menonton tv di ruang keluarga. Tias menghampiri Sasi masih dengan wajah murungnya yang tidak kunjung membaik. Sasi yang menyadari kedatangan Tiaspun mempunyai inisiatif untuk membuka pembicaran.
“kamu lagi ada masalah sama Sebastian, ya?” buka Sasi, yang diiringi oleh anggukan kepala Tias.
“gimana aku bisa bantu kamu, yang namanya Sebastian aja aku enggak tau?” terang Sasi pada Tias, yang langsung membuat wajah Tias menjadi tambah tidak enak dilihat.
“ya udahlah, bilang aja kaka enggak mau bantu aku” rajuk Tias dengan memalingkan wajah ke lain arah.
“ee..tunggu jangan marah dulu dong! Oke oke, ada apa sih sebenarnya?”
“gini ka, Sebastian tuh nuduh aku selingkuh sama cowok lain dibelakang dia” jelas Tias
“loh ko bisa? Alas an dia bilang kayak gitu apa?”
“dia bilang, dia pernah ngeliat aku jalan di mall sama cowok yang dandanannya dia bilang kayak anak band gitu ka. Padahal aku udah enggak punya temen anak band lagi selain Rivo, lagian Rivo juga udah enggak disini lagi” ujar Tias panjang lebar.
“kamu yakin sama omongan Sebastian itu?
“yakin banget ka”
“ehm, ya sudah aku bakalan cariin cara buat bantu kamu, tapi nanti ya? Tanggung ni soalnya” ledek Sasi pada Tias.
Di kamar, Sasi masih bingung dengan omongan Tias yang tadi. Kalau dia ingat – ingat selama ini Tias pergi jalan dan nonton ke bioskop hanya dengan Sebastian cowoknya, tapi itu sih setahu Sasi. Sasi enggan berperasangka buruk pada adiknya itu.
“Ias, Tias?” dongol Sasi dari balik pintu kamar Tias.
“iya?” jawab tias singkat
“bener kamu enggak pernah jalan sama cowok lain, coba deh kamu inget – inget siapa tahu omongan Sebastian itu emang bener?” Tanya Sasi pada Tias, seolah dirinya masih belum percaya dengan apa yang diucap Tias pada sirinya.
“bener ka, emang kaka pernah liat aku keluar rumah atau pergi ke mall sama cowok lain?”
“enggak sih, ko aku ikutan jadi bingung gini yah? Kalau kamu enggak sama cowok lain, lalu siapa cowok yang dilihat Sebastian?” Tanya Sasi heran.
“Hmm..aku juga bingung itu siapa, biasaanya kalau aku lagi enggak pergi sama Sebastian aku pergi ke mall juga sama temen – temen ceweku” ujar Tias dengan nada meyakinkan. Setelah mendengar perkataan Tias tadi Sasipun meminta ijin untuk berfikir kembali, Ia pun memutuskan untuk kembali kekamarnya dan meninggalkan Sasi.
Ke esokan harinya
“eh Ias, aku mau tranya boleh nggak?” Tanya Sasi pada Tias yang sedang menonton tv.
“boleh, mau Tanya apa ka?”
“Gini, kamu tau enggak temenmu si Rivo pindah kemana?” Tanya Sasi.
“katanya sih ke Jakarta, tapi tepetnya aku enggak tau, emang kenapa sih ka?”
“enggak apa – apa, temen kamu yang tau alamatnya Rico siapa?”
“Dea kayaknya” tegas Tias.
Mendengar usul dari Sasi, Tias segera menguhubungi Dea dan langsung meminta alamat Rivo. Tetapi yang ia dapati bukanlah alamat atau kabar baik lainya melainkan kabar yang begitu mengejutkan dirinya. Ternyata Rivo orang yang diam – diam ia kagumi telah meninggal dunia. Sontak air matapun menetes membasahi pipi merah Tias. Hati tias terkejut seakan tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, ia menangis tersedu – sedu di pelukan kakanya, Tias yang ternyata diam – diam menyukai Rivo sejak dulu begitu terpukul mendengar berita tersebut, yang lebih ia tak percaya bahwa tidak ada satu orangpun yang mengabarinya saat itu. Kenapa harus tunggu samapi sebulan lebih kematian Rivo. Ka Sasi yang melihat kejadian itu memahami bagaimana sebanarnya persaan Tias kepada Rivo.
“kamu suka sama Rivo?” Tanya Sasi disela – sela isak tangis Tias.
“hiihiiyaa ka” kata Tias sambil menangis
“kenapa dulu kamu enggak bilang ke Rivo tentang perasaan kamu ke dia?”
“waktu itu aku tahu kalau Dea juga suka sama Rivo jadi aku sebagai sahabatnya memilih untuk mengalah, walau aku harus merasakan sakit” terang Tias pada Sasi.
“oh begitu, eh katanya kalau rasa terpendam itu bisa mengundang hal – hal buruk loh” kata Sasi menakuti Tias.
“ah! Kaka enggak usah nakutin aku deh!” timpal Tias pada Sasi dengan agak begitu kesal.
“benerloh Ias” kata Sasi meyakinkan adiknya itu
Ke Esokan harinya
Sasi dan Tiaspun memutuskan untuk pergi menuju ke rumah Rivo yang alamatnya sudah di dapat dari Dea. Sesampainya di sana meraka bertemu dengan seorang wanita yang tidaknya adalah ibunda Rivo.
“siang tante” sapa Tias dan Sasi bersamaan
“siang, adek adek ini siapa yah?” Tanya wanita tersebut keheranan.
“temenya Rivo tante, Tias dan ini kaka saya” terang Tias memperkenalkan diri dan Sasi,
Mendengar nama Tias, wanita tersebut Nampak terkejut dan bingung. Lalu ibunda Rivo menceritakan semua cerita tentang Rivo yang selama ini belum diketahui Tias, mendengar bahwa ternyata Rivopun diam – diam menyukai Tias, Tias yang tadinya tenang sontak menjadi sedih dan mulai meneteskan air mata. Setelah bercerita, ibunda Rivo memberikan selembar surat kepada Tias dan Sasi.


Dear Tias :

Ias, maafin aku sebelumnya. Aku nulis sirat ini supaya kamu tau isi hati aku yang sebenarnya. Aku sebenarnya suka sama kamu, aku saying sama kamu melibihi teman. Tapi aku tak sanggup untuk mengatakan ini, karena aku takut hadapi kenyataan kalu kau tidak mencintai aku. Sebenarnya alasanku untuk pindah ke Jakarta selain untuk berobat penyakit yang aku derita, juga supaya aku bisa melupakan kamu. Aku kira dengan berobat ke Jakarta aku bisa sembuh dan bisa bertemu dangan kamu lagi, tapi ternyata tuhan berkehendak lain tuhan menyayangiku ia memanggilku lebih cepat melalui penyakit yang aku derita. Maafkan aku Ias, aku sayang kamu

Rivo Subandoro


Membaca surat tersebut Tias tak kuasa menahan sedihnya ia tumbang di pelukan Sasi, Sasi yang kebingungan menidurkan dan meninggalkan Tias dikamar Rivo. Tiba – tiba Tias terbangun ia melihat banyak orang mengelilinginya juga ada Rivo yang tersenyum manis kepadanya. Tias yang sudah tak mau kehilangan Rivo lagi segera memeluk Rivo, tapi tiba tiba tangan Tias tidak dapat menyentuh Rivo. Rivo menjauh dan Tias berteriak agar Rivo tak meninggalkanya lagi tapi tak berguna Rivo semakin jauh dan dari kejauhan rivo melambaikan tangan kepada Tias. Dan tiaspun tersadar dari mimpinya, iya masih menangis bila mengingat semua yang iya alami.
Tias bangun dan menghampiri Sasi dan ibunda Rivo yang sejak tadi mengobrol berdua. Tias berjalan tertatih – tatih, tias duduk di samping Sasi dan menoleh ke Sasi.
“ka, tadi aku bertemu Rivo dimimpi ia seperti hendak mengajaku ke suatu tempat tapi aku enggak bisa menggapai dan menyentuh tangan Rivo” terang Tias dengan sedih.
“hah? Terus rivo kemana?” Tanya Sasi heran
“ya dia pergi ninggalin aku dan….” Belum menyelesaikan kata – katanya karena tak kuasa menahan sedih Tias kembali menangis.
“yaudah kita sekarang ke makam Rivo aja, tadi kaka juga sudah merencanakan dengan ibunda Rivo untuk ziarah ke makam Rivo, kamu mau kan?” ajak Sasi.
“mau..mau banget ka” jawab Tias dengan bersemangat dan smabil tersenyum, senyum yang sudah lama hilang.
Setelah berbincang dengan ibunda Rivo, Tias, Sasi beserta ibunda Rivo pergi menuju ke makam Rivo. Disana Tias menabur bunga – bunga indah diatas makam Rivo, tias terus menangis seolah – olah tidak ingin itu terjadi.

‘Vo, kamu enggak tau sebenarnya perasaan aku ke kamu gimana, kenapa kamu enggak bilang sama aku kalu kamu mencintai aku karena aku juga mencintai kamu. Kenapa, kenapa kamu harus pergi meninggalkan orang – orang yang mencintaimu begitu cepat? Aku belum sempat menggenggam tanganmu, aku juga belum sempat mencium keningmu kenapa ini begitu cepat? Cinta tak adil Vo, kenapa harus kamu yang pergi, kenapa tidak orang lain, aku enggak terima ini Vo!! Enggak terima!!’
Tiaspun mulai histeris, Sasi menariknya mundur dan berusaha menenangkannya. Tapi percuma.
Setelah kejadian itu Tias menceritakan semuanya kepada Sebastian. Tias menceritakan semuanya, tidak ada yang iya tutup – tutupi dari Sebastian. Sebastian yang mendengar hal itu awalnya sempat emosi tetapi ahirnya ia bisa menerima hal itu.
Semenjak kejadian itu, Sebastian, Sasi, dan keluarga Tias begitu melebihkan perhatian kepada Tias. Karena mereka tidak ingin Tias terus terpuruk dalam masalah ini. Dan seiring berjalannya waktu tias dapat memahami bahwa semua yang terjadi adalah takdir dari yang maha kuasa. Dan kini mengunjungi makam Rivo orang yang begitu dicintainya menjadi rutinitas baru bagi Tias.


Dear Rivo :

Vo, sekarang aku udah kuliah. Aku udah bisa mencapai cita – citaku yang dulu aku ceritakan ke kamu, kamu bisa liat aku kan Vo. Pasti bisa, aku tau dari surga kamu selalu melihat aku kapanpun dan dimanapun aku berada, aku tau itu Vo. Karena aku bisa merasakan hadirnya dirimu dihatiku. Aku tetap mencintaimu meski kau telah tiada, semuanya akan kuperjuangkan demi janjiku dan harapanku padamu Vo. Semoga kamu tenang disana 
love you Rivo

Tias Suherdita


Terang Tias dalam suratnya yang ia letakan diatas makam Rivo. Tias tak ada hentinya menyayangi Rivo, meski telah ada Sebastian disampingnya yang begitu sabar mendampingi dirinya.

mungkin kalian semua gak akan menangis meratap (kayak orang yang ditinggal mati kucing tercintanya) atau ngabisin stock tisue kamar mandi buat ngelap ingus yang ngeleler malah sebaliknya kalian bakalan ngakak. soalnya disitu banyak banget kekurangan gue (kurang dana, kurang gizi, dll).

Latihan Acoustic

beberapa minggu yang lalu sebelum gue berangkat kemah dan berubah bentuk jadi kayak gini(jadi item) gue dan temen - temen sekelas ngadain latihan acoustic buat pensi waktu kemahnya. Diawal latihan, hawa - hawa jahat memang sudah di rasakan. Alhasil latihannyapun berubah jadi seperti di foto - foto gue ini :






dan parahnya gue, gue malah ikutan foto bareng tante - tante yg asal usulnya enggak jelas. Dasar! biasalah nasib cowok yg digilai cewek kayak gue ini emang gitu, sana sini pada minta foto bareng (sok!!)

Kamis, 28 April 2011

Starting nge - Blog

Hey!! Nama gue Muhammad Hardian Zen, biasa Di panggil Hardian (jadulnya), Zen (sekarang) terserah kalian mau panggil gue apa? Asal jangan panggil gue orang gila!!
sekarang gue bersekolah di SMA Negeri 1 Cilacap, kelas 1 yang artinya gue baru masuk.
Gue anak dari pasangan yang ajaib bin ajaib ketemunya yaitu bokap gue yang berasal dari Cilacap ini bisa ketemu sama nyukap gue yang jelas - jelas berasal dari seberang jawa yaitu Sumatara. Gue punya dua adik yg gilanya minta apun, Diki adik gue yang paling sering dibilang kembaran bokap gue (gat tau miripnya dilihat dar mana) ini baru kelas 5 SD dia punya hobi makan, nonton tv, nge-game. Rian adik gue yang paling bungsu ini belum sekolah alias masih kecil banget, senengnya gue karena si Rian ini sering dibilang mirip sama gue yang jelas - jelas lebih jelek dari dia.
Mungkin ini posting gue yang pertama.


let's starting Blogging :)